BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1
Keadaan
Geografis
Desa Paloh Raya merupakan sebuah
desa di Kecamatan Mutiara Timur yang terdiri dari 101 KK dengan luas wilayah ± 90 Ha / M2.
Adapun batasan-batasan Desa Paloh Raya adalah sebagai berikut:
a.
Sebelah
Utara berbatasan dengan Jrong
Pande
b.
Sebelah
Selatan berbatasan dengan Blang
Riek
c.
Sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Gleumpang
Meunyeuk
d.
Sebelah
Barat berbatasan dengan Blang
Malu
5.1.2
Keadaan
Demografi
Jumlah
penduduk keseluruhan Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur yaitu sebanyak 373 jiwa,
sedangkan jumlah kepala keluarga yaitu 101 KK. Jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 172 orang dan jumlah penduduk perempuan 201 orang, mayoritas mata
pencaharian di Desa tersebut adalah petani.
5.1.3 Fasilitas
Adapun
fasilitas yang ada di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur yaitu Meunasah, WC Umum, Lapangan Volly.
5.2
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dari
tanggal 14 s/d 19 Agustus 2014, terhadap 67 responden, dengan hasil penelitian adalah :
5.2.1 Univariat
a.
Fungsi
Intelektual Lansia
Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut Fungsi
Intelektual Lansia Tentang
Posyandu Lansia Di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie Tahun 2014
No
|
Kategori
|
Frekuensi
(F)
|
Persentase
(%)
|
1
2
|
Kurang
Baik
|
43
24
|
64,2
35,8
|
Total
|
67
|
100
|
Sumber
: Hasil Penelitian Diolah, 2014
Berdasarkan
Tabel 5.1 diatas terlihat bahwa fungsi intelektual lansia mayoritas berada
pada kategori kurang yaitu 43 responden (64,2%).
b. Pengetahuan
Tabel 5.2
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan
Fungsi Intelektual Lansia Tentang
Posyandu Lansia Di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara
Timur Kabupaten Pidie Tahun 2014
No
|
Kategori
|
Frekuensi
(F)
|
Persentase
(%)
|
1
2
|
Kurang
Cukup
|
42
25
|
62,7
37,3
|
Total
|
67
|
100
|
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, 2014
Berdasarkan
Tabel 5.2 diatas terlihat bahwa pengetahuan lansia mayoritas berada pada kategori kurang yaitu 42 responden (62,7%) .
c. Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Responden Menurut Pendidikan Di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara
Timur Kabupaten Pidie
Tahun 2014
No
|
Kategori
|
Frekuensi
(F)
|
Persentase
(%)
|
1
2
|
Rendah
Tinggi
|
48
19
|
71,6
28,4
|
Total
|
67
|
100
|
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, 2014
Berdasarkan
Tabel 5.3 diatas terlihat bahwa pendidikan lansia mayoritas berada pada kategori rendah
yaitu sebanyak 48 responden (71,6%).
d.
Peran Kader
Tabel 5.4
Distribusi Responden Menurut Peran Kader Tentang Posyandu Lansia
Di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie Tahun 2014
No
|
Kategori
|
Frekuensi
(F)
|
Persentase
(%)
|
1
2
|
Tidak Aktif
Aktif
|
36
31
|
63,7
46,3
|
Total
|
67
|
100
|
Sumber : Hasil Penelitian
Diolah, 2014
Berdasarkan
Tabel 5.4 diatas terlihat bahwa peran kader mayoritas berada pada kategori
tidak aktif yaitu sebanyak 36 responden (63,7%).
5.2.2
Analisa Bivariat
a.
Pengaruh pengetahuan terhadap fungsi intelektual
lansia tentang posyandu
lansia
Tabel 5.5
Pengaruh
Pengetahuan Terhadap Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia Di
Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten
Pidie Tahun 2014
Pengetahuan
|
Fungsi Intelektual Lansia
|
Total
|
P Value
|
OR (95% CI)
|
|
Kurang
|
Baik
|
||||
Kurang
|
40 (95,2%)
|
2 (4,8%)
|
42
|
0,000
|
146,667
(22,757-945,256)
|
Cukup
|
3 (12%)
|
22 (88%)
|
25
|
||
Total
|
43 (64,2%)
|
24 (35,8%)
|
67
|
|
|
Signifikan: P
Value < 0,05
|
Sumber : Hasil Penelitian
Diolah, 2014
Berdasarkan
Tabel 5.5 terlihat bahwa fungsi
intelektual lansia yang kurang mayoritas berpengetahuan kurang yaitu
sebanyak 40 responden (95,2%), dibandingkan dengan yang berpengetahuan cukup
yaitu sebanyak 3 responden (12%). Hasil uji statistik dengan Chi Square
didapatkan nilai P value 0,000 dan nilai OR yaitu 146,667, sehingga
memperlihatkan ada pengaruh antara pengetahuan dengan fungsi intelektual lansia. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR =
146,667, artinya responden yang berpengetahuan kurang mempunyai peluang 146,667 kali kurang
fungsi intelektual lansia dengan responden yang berpengetahuan cukup.
b.
Pengaruh pendidikan terhadap fungsi intelektual lansia tentang posyandu lansia
Tabel 5.6
Pengaruh
Pendidikan Terhadap Fungsi
Intelektual Lansia Tentang
Posyandu Lansia Di Desa Paloh
Raya Kecamatan Mutiara
Timur
Kabupaten Pidie Tahun 2014
Pendidikan
|
Fungsi Intelektual Lansia
|
Total
|
P Value
|
OR (95% CI)
|
|
Kurang
|
Baik
|
||||
Rendah
|
42 (87,5%)
|
6 (12,5%)
|
48
|
0,000
|
126,000
(14,132-1123,391)
|
Tinggi
|
1 (5,3%)
|
18 (94,7%)
|
19
|
||
Total
|
43
(64,2%)
|
24 (35,8%)
|
67
|
|
|
Signifikan: P
Value < 0,05
|
Sumber : Hasil Penelitian
Diolah, 2014
Berdasarkan
Tabel 5.6 terlihat bahwa fungsi intelektual lansia yang kurang mayoritas
berpendidikan rendah yaitu sebanyak 42 responden (87,5%), dibandingkan dengan yang berpendidikan
tinggi yaitu sebanyak 1 responden (5,3%). Hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai P value 0,000 dan nilai OR yaitu 126,000,
sehingga memperlihatkan ada pengaruh antara pendidikan dengan fungsi intelektual lansia. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai
OR = 126,000, artinya responden yang berpendidikan rendah mempunyai peluang 126,000 kali kurang
fungsi intelektual lansia dengan responden yang berpendidikan tinggi.
c.
Pengaruh peran kader terhadap fungsi intelektual lansia tentang posyandu lansia
Tabel 5.7
Pengaruh
Peran Kader Terhadap Fungsi
Intelektual Lansia Tentang
Posyandu Lansia Di Desa Paloh
Raya Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten
Pidie Tahun 2014
Peran Kader
|
Fungsi Intelektual Lansia
|
Total
|
P Value
|
OR (95% CI)
|
|
Kurang
|
Baik
|
||||
Tidak Aktif
|
34 (94,4%)
|
2 (5,6%)
|
36
|
0,000
|
41,556
(8,197-210,681)
|
Aktif
|
9 (29%)
|
22 (71%)
|
31
|
||
Total
|
43
(64,2%)
|
24 (35,8%)
|
67
|
|
|
Signifikan: P
Value < 0,05
|
Sumber : Hasil Penelitian
Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 5.7 terlihat bahwa fungsi intelektual lansia yang kurang mayoritas
peran kader tidak aktif yaitu sebanyak 34 responden (94,4%), dibandingkan dengan yang peran kader
aktif yaitu sebanyak 9 responden (29%). Hasil uji statistik dengan Chi Square
didapatkan nilai P value 0,000 dan nilai OR yaitu 41,556, sehingga
memperlihatkan ada pengaruh antara peran kader dengan fungsi intelektual lansia. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR =
41,556, artinya responden yang peran kader tidak aktif mempunyai peluang 41,556
kali kurang fungsi intelektual lansia dengan responden yang peran kader aktif.
BAB VI
PEMBAHASAN
Bagian
pembahasan ini membahas hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori dan hasil
penelitian terdahulu yang terdapat pada bab 2. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana variabel terbagi atas dua yaitu variabel
bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) yang terjadi pada objek penelitian
diukur atau dikumpulkan secara stimultan atau dalam kurun waktu yang bersamaan
(point time approch). Motede
pengampilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Populasi dengan jumlah sampel
sebanyak 67 orang. Sistematikan pembahasan hasil penelitian menjadi pembahasan
mengenai pembahasan hasil penelitian melalui dari variabel dependen selanjutnya
variabel independen, mencakup analisis univariat dan bivariat.
6.1 Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia.
Berdasarkan
hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa fungsi intelektual lansia mayoritas berada pada kategori kurang yaitu 43 responden (64,2%).
Fungsi intelektual
merupakan suatu kumpulan kemampuan sesorang untuk meperoleh ilmu pengetahuan
dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan maslah-masalah yang
timbul (Intan, 2008)
Hasil
penelitian ini sama dengan penelitian Khadijah (2010) yang menyatakan hal sama
tentang fungsi intelaktual lansia mayoritas kurang yaitu sebanyak 18 orang
(60%) dari 30 responden.
Seseorang dikatakan mengalami penurunan fungsi
intelektual yang lazim dikenal dengan demensia atau kepikunan, bila menunjukkan
tiga atau lebih dari gejala-gejala berupa gangguan dalam, di antaranya
perhatian (atensi), daya ingat (memori), orientasi tempat dan waktu, kemampuan
konstruksi dan eksekusi (seperti mengambil keputusan, memecahkan masalah) tanpa
adanya gangguan kesadaran. Gejala tersebut bisa disertai gangguan emosi, cemas,
depresi agresivitas. Secara garis besar dapat disebutkan demensia merupakan
kemunduran progresif kapasitas intelektual yang disebabkan oleh gangguan pada
otak (Bila, 2012).
Dari hasil
penelitian maka peneliti berpendapat bahwa fungsi intelektual lansia menurun
yang diakibatkan oleh kepikunan atau sering lupa sehingga lansia jarang ke
posyandu, ini membuat lansia kurang mengerti akan pentingnya posyandu lansia.
6.2 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Fungsi
Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia
Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa
fungsi intelektual lansia yang
kurang mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 40 responden (95,2%), dibandingkan dengan yang berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 3 responden
(12%). Hasil uji statistik
dengan Chi Square didapatkan nilai P
value 0,000, sehingga memperlihatkan ada pengaruh antara pengetahuan
dengan fungsi intelektual lansia.
Pengetahuan adalah penggunaan pikiran dan penalaran
logika serta bahasa dalam hal ini pikiran mengajukan pertanyaan yang relevan
dengan persoalan sedangkan penalaran merupakan proses bagaimana pikiran menarik
kesimpulan dari hal-hal yang sebelumnya diketahui. Peran logika adalah menjadi seperangkat azas yang
mengarahkan supaya berfikir benar (Notoadjmojo, 2003)
Pengaruh
pengetahuan dengan fungsi intelektual lansia yaitu kemampuan untuk
mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola,
urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Sebagai contoh, ketika
diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yang berada di level ini bisa
menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang
berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk (Bila, 2012).
Hasil
penelitian ini sama dengan penelitian Khadijah (2010) yang menyatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dengan fungsi intelektual lansia.
Menurut pendapat peneliti bahwa pengetahuan adalah salah satu faktor penunjang untuk meningkatkan fungsi
intelektual pada lansia dengan adanya pengetahuan maka lansia bisa mengasah
fungsi intelektualnya sehingga tidak terjadi penurunan fungsi intelektual.
6.3 Pengaruh Pendidikan Terhadap
Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia
Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa
fungsi intelektual lansia yang
kurang mayoritas berpendidikan rendah yaitu sebanyak 42 responden (87,5%), dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 1 responden
(5,3%). Hasil uji statistik
dengan Chi Square didapatkan nilai P
value 0,000, sehingga memperlihatkan ada pengaruh antara pendidikan
dengan fungsi intelektual lansia.
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
Pendidikan adalah suatu proses
belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang
lebih dewasa, lebih baik, dan
lebih matang terhadap individu, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
Hasil
penelitian ini sama dengan penelitian Khadijah (2010) yang menyatakan hal sama
tentang bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan dengan fungsi
intelektual lansia.
Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang
dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi.
Umumnya, lansia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi masih dapat
produktif, mereka justru banyak memberikan kontribusinya sebagai pengisi waktu
luang dengan menulis buku-buku ilmiah maupun biografinya sendiri (Noorkasiani,
2009).
Menurut pendapat peneliti menunjukkan bahwa pendidikan
ada hal terpenting untuk seseorang mengetahui sesuatu khususnya program
posyandu, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin baik pula pemahaman
seseorang tentang program posyandu
6.4 Pengaruh Peran Kader Terhadap
Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia
Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa
fungsi intelektual lansia yang
kurang mayoritas peran kader tidak aktif yaitu sebanyak 34 responden (94,4%), dibandingkan dengan yang peran kader aktif yaitu sebanyak 9 responden
(29%). Hasil uji statistik
dengan Chi Square didapatkan nilai P
value 0,000, sehingga memperlihatkan ada pengaruh antara peran kader
dengan fungsi intelektual lansia.
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut
dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan
kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di
posyandu. Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan
ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup
menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu (Adi, 2012).
Hasil
penelitian ini sama dengan penelitian Aizil Azhar (2013) yang menyatakan bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara peran kader dengan fungsi intelektual
lansia.
Menurut pendapat peneliti menunjukkan bahwa peran
kader sangat mempengaruhi lansia mengikuti kegiatan posyandu, dengan adanya
peran kader maka lansia akan mengetahui tentang kegiatan yang ada diposyandu.
BAB VII
KESIMPULAN
DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan hasil
penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
7.1.1
Fungsi
intelektual lansia mayoritas berada pada kategori kurang yaitu 43 responden (64,2%).
7.1.2
Ada pengaruh
yang signifikan antara pengetahuan dengan fungsi intelektual lansia (P = 0,000).
7.1.3
Ada pengaruh
yang signifikan antara pendidikan dengan fungsi intelektual lansia (P = 0,000).
7.1.4
Ada pengaruh
yang signifikan antara peran kader dengan fungsi intelektual lansia (P = 0,000).
7.2 Saran
7.2.1
Diharapkan kepada
peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan metode dan
variabel yang lebih komplit mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
fungsi intelektual lansia tentang
posyandu lansia.
7.2.2
Diharapkan kepada
institusi kesehatan khususnya Akademi Keperawatan Jabal Ghafur Sigli dapat
menambah bahan bacaan di perpustakaan khususnya tentang fungsi
intelektual lansia tentang
posyandu lansia.
7.2.3
Diharapkan kepada
masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan terhadap mengetahui fungsi intelektual lansia tentang posyandu lansia.
7.2.4
Diharapkan
kepada lansia agar mengikuti kegiatan posyandu lansia agar bisa mengetahui
apa-apa saja pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu lansia.
7.2.5
Diharapkan
kepada kader posyandu agar mengajak lansia ke posyandu dan juga memberikan
penyuluhan kepada lansia apa saja keuntungan mengikuti kegiatan posyandu
lansia.
No comments:
Post a Comment