Saturday 3 September 2016

HASIL PENELITIAN

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1    Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1   Keadaan Geografis
Desa Paloh Raya merupakan sebuah desa di Kecamatan Mutiara Timur yang terdiri dari 101 KK dengan luas wilayah ± 90 Ha / M2.
Adapun batasan-batasan Desa Paloh Raya adalah sebagai berikut:
a.         Sebelah Utara berbatasan dengan Jrong Pande
b.        Sebelah Selatan berbatasan dengan Blang Riek
c.         Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Gleumpang Meunyeuk
d.        Sebelah Barat berbatasan dengan Blang Malu
5.1.2   Keadaan Demografi
Jumlah penduduk keseluruhan Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur yaitu sebanyak 373 jiwa, sedangkan jumlah kepala keluarga yaitu 101 KK. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 172 orang dan jumlah penduduk perempuan 201 orang, mayoritas mata pencaharian di Desa tersebut adalah petani.
5.1.3   Fasilitas
Adapun fasilitas yang ada di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur yaitu Meunasah, WC Umum, Lapangan Volly.


5.2    Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dari tanggal 14 s/d 19 Agustus 2014, terhadap 67 responden, dengan hasil penelitian adalah :

5.2.1 Univariat
a.     Fungsi Intelektual Lansia
Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut  Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia Di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie Tahun 2014

No
Kategori
Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
1
2
Kurang
Baik
43
24
64,2
35,8
Total
67
100
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 5.1 diatas terlihat bahwa fungsi intelektual lansia mayoritas berada pada kategori kurang yaitu 43 responden (64,2%).
b.    Pengetahuan
Tabel 5.2
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia Di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara
Timur Kabupaten Pidie Tahun 2014

No
Kategori
Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
1
2
Kurang
Cukup
42
25
62,7
37,3
Total
67
100
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 5.2 diatas terlihat bahwa pengetahuan lansia mayoritas berada pada kategori kurang yaitu  42 responden (62,7%) .
c.    Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Responden Menurut Pendidikan Di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie
 Tahun 2014
No
Kategori
Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
1
2
Rendah
Tinggi
48
19
71,6
28,4
Total
67
100
Sumber : Hasil Penelitian Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 5.3 diatas terlihat  bahwa pendidikan lansia mayoritas berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 48 responden (71,6%).
d.   Peran Kader
Tabel 5.4
Distribusi Responden Menurut  Peran Kader Tentang Posyandu Lansia
Di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie Tahun 2014
No
Kategori
Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
1
2
Tidak Aktif
Aktif
36
31
63,7
46,3
Total
67
100
 Sumber : Hasil Penelitian Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 5.4 diatas terlihat bahwa peran kader mayoritas berada pada kategori tidak aktif yaitu sebanyak 36 responden (63,7%).



5.2.2   Analisa Bivariat
a.         Pengaruh pengetahuan terhadap fungsi intelektual lansia tentang posyandu lansia
Tabel 5.5
Pengaruh Pengetahuan Terhadap Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia Di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie Tahun 2014
Pengetahuan
Fungsi Intelektual Lansia
Total
P Value
OR (95% CI)
Kurang
Baik
Kurang
40 (95,2%)
  2 (4,8%)
42
0,000
146,667
(22,757-945,256)
Cukup
  3 (12%)
22 (88%)
25
Total
43  (64,2%)
24 (35,8%)
67


Signifikan:  P Value < 0,05
                Sumber : Hasil Penelitian Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 5.5 terlihat bahwa fungsi intelektual lansia yang kurang mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 40 responden (95,2%), dibandingkan dengan yang berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 3 responden (12%). Hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai P value 0,000 dan nilai OR yaitu 146,667, sehingga memperlihatkan ada pengaruh antara pengetahuan dengan fungsi intelektual lansia. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 146,667, artinya responden yang berpengetahuan kurang mempunyai peluang 146,667 kali kurang fungsi intelektual lansia dengan responden yang berpengetahuan cukup.




b.        Pengaruh pendidikan terhadap fungsi intelektual lansia tentang posyandu lansia
Tabel 5.6
Pengaruh Pendidikan Terhadap Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia Di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara
Timur Kabupaten Pidie Tahun 2014
Pendidikan
Fungsi Intelektual Lansia
Total
P Value
OR (95% CI)
Kurang
Baik
Rendah
42 (87,5%)
  6 (12,5%)
48
0,000
126,000
(14,132-1123,391)
Tinggi
  1 (5,3%)
18 (94,7%)
19
Total
43  (64,2%)
24 (35,8%)
67


Signifikan:  P Value < 0,05
                Sumber : Hasil Penelitian Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 5.6 terlihat bahwa fungsi intelektual lansia yang kurang mayoritas berpendidikan rendah yaitu sebanyak 42 responden (87,5%), dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 1 responden (5,3%). Hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai P value 0,000 dan nilai OR yaitu 126,000, sehingga memperlihatkan ada pengaruh antara pendidikan dengan fungsi intelektual lansia. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 126,000, artinya responden yang berpendidikan rendah mempunyai peluang 126,000 kali kurang fungsi intelektual lansia dengan responden yang berpendidikan tinggi.








c.         Pengaruh peran kader terhadap fungsi intelektual lansia tentang posyandu lansia
Tabel 5.7
Pengaruh Peran Kader Terhadap Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia Di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie Tahun 2014
Peran Kader
Fungsi Intelektual Lansia
Total
P Value
OR (95% CI)
Kurang
Baik
Tidak Aktif
34 (94,4%)
  2 (5,6%)
36
0,000
41,556
(8,197-210,681)
Aktif
  9 (29%)
22 (71%)
31
Total
43  (64,2%)
24 (35,8%)
67


Signifikan:  P Value < 0,05
                Sumber : Hasil Penelitian Diolah, 2014
 Berdasarkan Tabel 5.7 terlihat bahwa fungsi intelektual lansia yang kurang mayoritas peran kader tidak aktif yaitu sebanyak 34 responden (94,4%), dibandingkan dengan yang peran kader aktif yaitu sebanyak 9 responden (29%). Hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai P value 0,000 dan nilai OR yaitu 41,556, sehingga memperlihatkan ada pengaruh antara peran kader dengan fungsi intelektual lansia. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 41,556, artinya responden yang peran kader tidak aktif mempunyai peluang 41,556 kali kurang fungsi intelektual lansia dengan responden yang peran kader aktif.


BAB VI
PEMBAHASAN

Bagian pembahasan ini membahas hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori dan hasil penelitian terdahulu yang terdapat pada bab 2. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana variabel terbagi atas dua yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara stimultan atau dalam kurun waktu yang bersamaan (point time approch). Motede pengampilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Populasi dengan jumlah sampel sebanyak 67 orang. Sistematikan pembahasan hasil penelitian menjadi pembahasan mengenai pembahasan hasil penelitian melalui dari variabel dependen selanjutnya variabel independen, mencakup analisis univariat dan bivariat.

6.1  Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa fungsi intelektual lansia mayoritas berada pada kategori kurang yaitu 43 responden (64,2%).
Fungsi intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan sesorang untuk meperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan maslah-masalah yang timbul (Intan, 2008)
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Khadijah (2010) yang menyatakan hal sama tentang fungsi intelaktual lansia mayoritas kurang yaitu sebanyak 18 orang (60%) dari 30 responden.
Seseorang dikatakan mengalami penurunan fungsi intelektual yang lazim dikenal dengan demensia atau kepikunan, bila menunjukkan tiga atau lebih dari gejala-gejala berupa gangguan dalam, di antaranya perhatian (atensi), daya ingat (memori), orientasi tempat dan waktu, kemampuan konstruksi dan eksekusi (seperti mengambil keputusan, memecahkan masalah) tanpa adanya gangguan kesadaran. Gejala tersebut bisa disertai gangguan emosi, cemas, depresi agresivitas. Secara garis besar dapat disebutkan demensia merupakan kemunduran progresif kapasitas intelektual yang disebabkan oleh gangguan pada otak (Bila, 2012).
Dari hasil penelitian maka peneliti berpendapat bahwa fungsi intelektual lansia menurun yang diakibatkan oleh kepikunan atau sering lupa sehingga lansia jarang ke posyandu, ini membuat lansia kurang mengerti akan pentingnya posyandu lansia.
6.2  Pengaruh Pengetahuan Terhadap Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi intelektual lansia yang kurang mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 40 responden (95,2%), dibandingkan dengan yang berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 3 responden (12%). Hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai P value 0,000, sehingga memperlihatkan ada pengaruh antara pengetahuan dengan fungsi intelektual lansia.
Pengetahuan adalah penggunaan pikiran dan penalaran logika serta bahasa dalam hal ini pikiran mengajukan pertanyaan yang relevan dengan persoalan sedangkan penalaran merupakan proses bagaimana pikiran menarik kesimpulan dari hal-hal yang sebelumnya diketahui. Peran logika adalah menjadi seperangkat azas yang mengarahkan supaya berfikir benar (Notoadjmojo, 2003)
Pengaruh pengetahuan dengan fungsi intelektual lansia yaitu kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk (Bila, 2012).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Khadijah (2010) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dengan fungsi intelektual lansia.
Menurut pendapat peneliti bahwa pengetahuan adalah salah satu faktor penunjang untuk meningkatkan fungsi intelektual pada lansia dengan adanya pengetahuan maka lansia bisa mengasah fungsi intelektualnya sehingga tidak terjadi penurunan fungsi intelektual.


6.3  Pengaruh Pendidikan Terhadap Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi intelektual lansia yang kurang mayoritas berpendidikan rendah yaitu sebanyak 42 responden (87,5%), dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 1 responden (5,3%). Hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai P value 0,000, sehingga memperlihatkan ada pengaruh antara pendidikan dengan fungsi intelektual lansia.
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang terhadap individu, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Khadijah (2010) yang menyatakan hal sama tentang bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan dengan fungsi intelektual lansia.
Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. Umumnya, lansia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi masih dapat produktif, mereka justru banyak memberikan kontribusinya sebagai pengisi waktu luang dengan menulis buku-buku ilmiah maupun biografinya sendiri (Noorkasiani, 2009).
Menurut pendapat peneliti menunjukkan bahwa pendidikan ada hal terpenting untuk seseorang mengetahui sesuatu khususnya program posyandu, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin baik pula pemahaman seseorang tentang program posyandu
6.4  Pengaruh Peran Kader Terhadap Fungsi Intelektual Lansia Tentang Posyandu Lansia

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi intelektual lansia yang kurang mayoritas peran kader tidak aktif yaitu sebanyak 34 responden (94,4%), dibandingkan dengan yang peran kader aktif yaitu sebanyak 9 responden (29%). Hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai P value 0,000, sehingga memperlihatkan ada pengaruh antara peran kader dengan fungsi intelektual lansia.
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu (Adi, 2012).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Aizil Azhar (2013) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara peran kader dengan fungsi intelektual lansia.
Menurut pendapat peneliti menunjukkan bahwa peran kader sangat mempengaruhi lansia mengikuti kegiatan posyandu, dengan adanya peran kader maka lansia akan mengetahui tentang kegiatan yang ada diposyandu.


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1    Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
7.1.1        Fungsi intelektual lansia mayoritas berada pada kategori kurang yaitu 43 responden (64,2%).
7.1.2        Ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dengan fungsi intelektual lansia (P = 0,000).
7.1.3        Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan dengan fungsi intelektual lansia (P = 0,000).
7.1.4        Ada pengaruh yang signifikan antara peran kader dengan fungsi intelektual lansia (P = 0,000).

7.2    Saran
7.2.1        Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan metode dan variabel yang lebih komplit mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi intelektual lansia tentang posyandu lansia.
7.2.2        Diharapkan kepada institusi kesehatan khususnya Akademi Keperawatan Jabal Ghafur Sigli dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan khususnya tentang fungsi intelektual lansia tentang posyandu lansia.
7.2.3        Diharapkan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan terhadap mengetahui fungsi intelektual lansia tentang posyandu lansia.
7.2.4        Diharapkan kepada lansia agar mengikuti kegiatan posyandu lansia agar bisa mengetahui apa-apa saja pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu lansia.

7.2.5        Diharapkan kepada kader posyandu agar mengajak lansia ke posyandu dan juga memberikan penyuluhan kepada lansia apa saja keuntungan mengikuti kegiatan posyandu lansia.

No comments:

Post a Comment