Saturday 3 September 2016

Konsep Gizi

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1.  Konsep Gizi
2.1.1.      Definisi Gizi
Tubuh manusia (termasuk bayi dan balita) memerlukan zat-zat yang berasal dari makanan, yang disebut zat-zat gizi. Sementara itu istilah “gizi” berasal dari kata “gizawi” (bahasa arab), yang berarti pemberian zat-zat makanan kepada sel-sel dan jaringan tuhuh, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang normal dan sehat. Ilmu gizi membahas proses pemanfaatan makan di dalam tubuh. Proses tersebut mulai dari pengunyahan makanan, pencernaan, penyerapan, pemanfaatan zat gizi di dalam sel dan pembuangan zat sisa dari tubuh (Anik Maryunani, 2010).
Gizi merupakan dialek bahasa Mesir yang berarti “makanan”. Gizi merupakan hasil terjemahan dari bahasa Inggris nutrition, sementara nutrition juga bisa diterjemahkan menjadi “nutrisi” (Nirmala Devi, 2010).
Zat gizi merupakan substansi yang di peroleh dari makanan dan digunakan untk pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh (Nirmala Devi, 2010).


2.1.2.      Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam  pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien  (Beck, 2000), dikutip dalam (http://creasoft.wordpress.com/2010).
2.1.3.      Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi secara langsung menunit Supariasa (2004) dapat   dilakukan dengan:
a.       Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi.
b.    Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.


c.       Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
d.      Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melibat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa,  (2004)  dapat dilakukan dengan:
1)      Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi. Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat (food record).
2)    Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3)      Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.

2.1.4.      Kecukupan Gizi pada Balita
Pada usia balita anak-anak membutuhkan dukungan nurisi yang lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otak mereka. Masa balita adalah masa kritis, maka kebutuhan nutrisi balita haruslah seimbang, baik dalam jumlah (porsi) maupun kandungan gizi. Pencapaian gizi seimbang pada balita akan membuat anak tumbuh cerdas, sehat serta tidak mudah terserang penyakit (Budi Sutomo, dkk. 2010).
Kecukupan gizi sangat penting bagi kesehatan balita, dimana seluruh pertumbuhan dan kesehatan balita erat kaitannya dengan masukan makanan yang memadai. Pertumbuhan dan perkembangan yang obtimal pada balita memerlukan makanan yang sesuai dengan balita yang sedang tumbuh. Masa balita disebut juga masa vital, khususnya sampai usia dua tahun, karena adanya perubahan yang cepat dan menyolok. Dengan adanya masa vital ini, maka pemeliharaan gizi sangat penting untuk diperhatikan. Jika tidak, akan menggagu proses pertumbuhan secara maksimal. Keberhasilan mencapai status gizi balita yang baik erat kaitannya dengan kerjasama orangtua yang mempraktekkannya dan mendapat informasi gizi dengan baik (Anik Maryunani, 2010).
2.1.5.      Pengaruh Status Gizi  Seimbang Bagi Balita
Selain dipengaruhi oleh factor keturunan juga dipengaruhi oleh factor lingkungan. Gizi/nutrisi merupakan salah satu factor lingkungan dan merupakan penunjang agar proses tumbuh kembang tersebut dapat berjalan dengan memuaskan. Hal ini berarti, pemberian makanan yang berkualitas dan kualitasnya baik menunjang tumbuh kembang, sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat serta terbebas dari penyakit (Anik Maryunani, 2010).
Makanan yang diberikan pada balita akan digunakan untuk pertumbuhan badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan gizi bayi dan balita. Kecukupan makanan dan ASI dapat dipanttau dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Daeerah diatas garis merah dibentuk oleh pita warna kuning, hijau muda, hijau tua, hijau muda dan kuning. Setiap pita mempunyai nilai 5% perubahan baku. Di atas kurva 100% adalah status gizi lebih. Di atas 80% sampai dengan batas 100% adalah status gizi normal, yang digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua (Anik Maryunani, 2010).

2.2.  Posyandu
2.2.1.      Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan mayarakat dan mmemberikan kemudahan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar (Depkes, 2012).
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini teknologi dan pelayanan kesehatan (Effendy Nasrul, 2007).
Posyandu memiliki lima program utama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, yakni:
a.       Kesehatan ibu dan anak (KIA)
b.      Keluarga berencana (KB)
c.       Imunisasi
d.      Pelayanan Gizi
e.       Penanggulangan Diare (Wahyu Ginanjar, 2008).
Kegiatan posyandu biasanya dilaksanakan dengan system 5 (lima) meja, yaitu :
1)      Meja I             : pendaftaran
2)      Meja II           : penimbangan
3)      Meja III          : pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
4)      Meja IV          : penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
5)      Meja V           : Pelayanan KB dan Kesehatan
Meja I-IV biasanya dikelola oleh perwakilan pihak puskesmas (Wahyu Ginanjar, 2008).

2.2.2.      Tujuan Posyandu
a.       Mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) Dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui Pemberdayaan Masyarakat KHUSUS Meningkatnya Peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu Meningkatnya cakupan dan jangkauan yankes dasar terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB Meningkatnya Peran masyarakat dalam penyelenggaraan Upaya kesehatan dasar .
b.      Pembentukan, Satu Posyandu melayani sekitar 100 balita (120 KK) Langkah-langkah pembentukan : Pendekatan internal Pendekatan eksternal SMD MMD Pembentukan dan pemantauan kegiatan Posyandu, yaitu: Pemilihan Pengurus dan Kader Orientasi Pengurus dan Pelatihan Kader Pembentukan dan Peresmian Penyelenggaraan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu
c.       Pembiayaan, Sumber Biaya Masyarakat, swasta/dunia usaha, hasil usaha dan pemerintah Pemanfaatan dana, membiayai kegiatan Posyandu Pengelolaan dana, dikelola oleh pengurus pencatatan dan pelaporan. Pencatatan Buku register kelahiran dan kematian bayi, ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas Buku register WUS dan PUS Buku register bayi dan balita Buku register pelayanan Posyandu khusus balita Buku catatan kegiatan pada hari buka Buku catatan pertemuan Buku catatan kegiatan usaha Buku pengelolaan keuangan dll sesuai kebutuhan
d.      Pelaporan Posyandu tidak wajib melaporkan kegiatannya Tetapi dianjurkan untuk melaporkan secara lisan pada Puskesmas/sektor terkait untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan Bila dibutuhkan, Puskesmas atau sektor terkait harus mengambil sendiri data yang dibutuhkan ke Posyandu
e.       Kegiatan posyandu, kegiatan utama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) keluarga berencana imunisasi gizi penanggulangan diare kegiatan tambahan/pengembangan jika 5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik (grafik SKDN membaik), sumberdaya mendukung, ditetapkan masyarakat melalui SMD dan MMD, disebut : POSYANDU PLUS
f.       Hari buka sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan tempat penyenggaraan di lokasi yang mudah dijangkau, atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya dan disebut “Wisma Posyandu” penyelenggaraan posyandu jumlah minimal kader 5 (lima) orang Pelayanan mengacu pada sistem/pola 5 (lima) meja Meja Kegiatan Pelaksana I Pendaftaran Kader II Penimbangan Kader III Pengisian KMS Kader IV Penyuluhan Kader V Pelayanan Lintas sektor bersama petugas kesehatan.
g.      Pembinaan dilaksanakan secara terpadu melalui Pokja Posyandu di tingkat desa/kelurahan Pembinaan meliputi Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pengurus dan kader Pembinaan administrasi penyelenggaraan dan keuangan A. Bentuk Pembinaan Rapat koordinasi berkala Pokja Posyandu Kunjungan bimbingan dan fasilitasi Menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan masyarakat Penghargaan kepada pengurus dan kader Posyandu yang berprestasi (Dita, 2012).

2.2.3.      Manfaat Posyandu
a.       Bagi Masyarakat
1)      Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita
2)      Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk
3)      Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul vitamin A
4)      Bayi memperoleh imunisasi lengkap
5)      Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
6)      Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah (Fe)
7)      Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan anak
8)      Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil. Ibu nifas dan ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke Puskesmas.
9)      Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi, dan anak balita (Depkes, 2012).
b.    Bagi kader.
1)      Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap
2)      Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu
3)      Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan
4)      Menjadi panutan kerena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu (Depkes, 2012).

2.3.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Kunjungan Ibu Balita Untuk Memeriksa Status Gizi Balita di Posyandu Desa Paloh Tok Due Kecamatan Simpang Tiga
2.3.1.      Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses perubahan perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan merupakan hak asasi setiap manusia dalam proses mempersiapkan dirinya menuju masa depan yang lebih baik. Pemerintah sebagai pihak yang diberi amanat oleh rakyat untuk mengelola jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak warga Negara akan pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 189 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan Mempunyai pengertian sebagai “usaha sadar untuk menyiapkan ppeserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajar dan latihan bagi peranannya di masa yang akan dating” (Surya, 2004).
Tingkat pendidikan berdasarkan Kemendikbud dibagi 2 (dua) katagori  di kutip dari Syehaceh (2013):
a.       Tinggi   : Jika responden menamatkan pendidikan SMA-PT
b.      Rendah : Jika responden menamatkan pendidikan SD-SMP/Sederajat.

2.3.2.      Informasi
Sumber informasi adalah keterangan pemberian kabar berita tentang sesuatu media dan alat (sarana) komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televise, poster, spanduk, internet. Berkaitan dengan penyediaan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, informasi yang diperoleh harus berkualitas (Tugiman, 2005) kualitas informasi tergantung tiga hal yaitu:
a.       Akurat, bebas dari kesehatan, tidak biasa atau menyesatkan
b.      Tepat waktu, Informasi yang disampaikan tidak terlambat.
c.       Relevan, informasi mempunyai manfaat bagi pemakai
Menurut Notoadmodjo (2007) alat bantu media  dibagi dalam tiga macam, yaitu:
a.  Media Cetak
Yaitu sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan kesehatan dengan variasi seperti: (1)  Booklet. Suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tulisan maupun gambar. (2) Leafer. Bentuk penyampaian informasi melalui lebaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun dalam bentuk gambar. (3) Selebaran. (4) Lembar balik (Flip Chart). Bentuk penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik di mana tiap lembar berisi gambaran peragaan dan di baliknya berisi kalimat yang berkaitan dengan gambar tersebut. (5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang berkaitan dengan kesehatan. (6) Foster. Bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum.



b.  Media Elektronika
Media sarana komunikasi merupakan sarana komunikasi dengan menggunakan elektronik terdiri dari televisi, radio, video, dan lain-lain. Untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi
c. Media Papan
Papan yang dipasang di tempat-tempat umum yang diisi dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan. Informasi adalah keterangan pemberitahuan kabar berita  tentang suatu media dan alat (sarana) komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televisi, poster, spanduk, internet. Media komunikasi adalah media yang digunakan pembaca untuk mendapatkan informasi sesuatu atau hal tentang pengetahuan.
Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu keseluruhan makna yang menunjang amanat karena dengan informasi yang adekuat responden akan lebih mudah dalam mendapatkan pengetahuannya, namun dengan sulitnya informasi yang diterima membuat responden minim pengetahuannya (Waqid Iqbal M, 2007). Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan, pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu melalui media dan alat sarana komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televise, spanduk dan selebaran (Tugiman, 2006).


Menurut Waqid Iqbal M, (2007) variabel sumber informasi dikelompokkan dalam 2 katagori, yaitu:
a.       Cukup ≥ mean/median
b.      Kurang < mean/median
Dengan memberikan informasi tentang kebiasaan hidup sehat cara pencegahan penyakit diharapkan akan terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku sehat dalam diri dan individu/kelompok sasaran yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan (Notoadmodjo, 2007).
Menurut Dachlia (2000) dalam Ardiansyah (2012) variabel keterpaparan informasi diperoleh dengan membuat indeks komposit, yaitu dengan menjumlahkan nilai (skor) sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan sumber informasi. Pertanyaan terdiri atas 5 kelompok yang bergradasi, mulai dari tingkat keterpaparan umum melalui televise samapi spesifik melalui kegiatan diskusi/mengobrol. Kegiatan diskusi/mengobrol diberi bobot lebih besar karena untuk dapat berdiskusi orang harus mempunyai minat dan ketertarikan. Oleh karenanya diberikan secara bergradasi, tingkat keterpaparan umum mempunyai bobot kecil dari tingkat yang lebih tinggi. Adapun pengelompokan tingkat keterpaparan secara bergradasi tersebut adalah sebagai berikut:



Pertanyaan
Bobot
Terpapar melalui televisi
1
Terpapar melalui radio
2
Terpapar melalui Koran/majalah
3
Terpapar melalui media lain, seperti poster, brosur, billboard, dll
4
Terpapar melalui diskusi
5

2.3.3.     Pekerjaan
Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentukuang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi (Wikipedia, 2014).
Macam-macam pekerjaan:
a.    Bekerja: yaitu sesuatu yang dapat menghasilkan uang dari pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI/POLRI, wiraswasta atau buruh.
b.    Tidak bekerja: yaitu sesuatu yang tidak dapat menghasilkan uang. (Litbangkes, 2005).








Gambar 2.1 Kerangka Teoritis


2.5.  Hasil Penelitian Terdahulu yang Terkait dan Relevan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu balita ke Posyandu (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Keboan, Ngusikan, Jombang.
Oleh         : Jayanti Indah Purnamasari
Hasil penelitian menjelaskan bahwa permasahan yang berhubungan dengan keaktifan kunjungan ibu balita ke Posyandu harus mendapatkan perhatian yang lebih dari berbagai pihak yang terkait. Semakin meningkatnya jumlah kejadian kematian dan kesakitan ibu, bayi dan balita, maka semakin penting keberadaan posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya ibu serta bayi/balitanya. Penelitian iini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu balita, pengetahuan, serta aplikasi teori Snehandu B. Karr dengan keaktifan kunjungan ibu balita keposyandu balita.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasi dengan rancangan cross sectional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Wawancara dilaksanan pada 90 responden. Subjek diambil dengan metode simple random sampling. Variabel bebas penelitian adalah pengetahuan responden, niat, dukungan social (kader kesehatan, TOMA, keluarga, teman sebaya), otonomi pribadi, kemudahan akses informasi serta situasi dan kondisi. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa nilai signifikansi dari pengetahuan (p=0,043), niat (p = 0,256), dukungan kader kesehatan (p = 0,183), dukungan tokoh masyarakat (p = 0,264), dukungan kelompok sebaya (p = 0,296), dukungan keluarga (p = 0,084), otonomi pribadi ( p = 0,182), kemudahan akses informasi (p = 0,752) serta kondisi dan situasi (p = 0,250).

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah pengetahuan berhubungan dengan keaktifan kunjungan ibu balita ke Posyandu. Sedangkan niat, dukungan social (kader kesehatan, TOMA, keluarga, teman sebaya), otonomi pribadi, kemudahan akses informasi serta situasi dan kondisi tidak berhubungan dengan keaktifan kunjungan ibu balita kke Posyandu. Factor yang berpengaruh terhadap keaktifan kunjungan ibu balita keposyandu balita adalah umur balita, pendidikan ibu balita, pengetahuan dan dukungan keluarga. 

No comments:

Post a Comment