BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Konsep Gizi
2.1.1.
Definisi Gizi
Tubuh manusia (termasuk bayi
dan balita) memerlukan zat-zat yang berasal dari makanan, yang disebut zat-zat
gizi. Sementara itu istilah “gizi” berasal dari kata “gizawi” (bahasa arab),
yang berarti pemberian zat-zat makanan kepada sel-sel dan jaringan tuhuh,
sehingga memungkinkan pertumbuhan yang normal dan sehat. Ilmu gizi membahas
proses pemanfaatan makan di dalam tubuh. Proses tersebut mulai dari pengunyahan
makanan, pencernaan, penyerapan, pemanfaatan zat gizi di dalam sel dan
pembuangan zat sisa dari tubuh (Anik Maryunani, 2010).
Gizi merupakan dialek bahasa
Mesir yang berarti “makanan”. Gizi merupakan hasil terjemahan dari bahasa
Inggris nutrition, sementara nutrition juga bisa diterjemahkan menjadi
“nutrisi” (Nirmala Devi, 2010).
Zat gizi merupakan substansi
yang di peroleh dari makanan dan digunakan untk pertumbuhan, pemeliharaan dan
perbaikan jaringan tubuh (Nirmala Devi, 2010).
2.1.2.
Status Gizi
Status
gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien (Beck, 2000), dikutip dalam (http://creasoft.wordpress.com/2010).
2.1.3.
Penilaian Status
Gizi
Penilaian status gizi secara langsung menunit Supariasa (2004) dapat
dilakukan dengan:
a.
Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia.
Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan
protein dan energi.
b.
Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan
atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
c.
Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot.
d.
Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melibat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur
dari jaringan.
Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, (2004) dapat dilakukan dengan:
1)
Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode
penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat
dan gizi yang dikonsumsi. Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan
yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita,
kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah
makanan yang sedikit dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ),
membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginan
melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat (food
record).
2)
Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3)
Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara
beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi, dan lain-lain.
2.1.4.
Kecukupan Gizi
pada Balita
Pada usia balita anak-anak
membutuhkan dukungan nurisi yang lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuh dan otak mereka. Masa balita adalah masa kritis, maka kebutuhan nutrisi balita
haruslah seimbang, baik dalam jumlah (porsi) maupun kandungan gizi. Pencapaian
gizi seimbang pada balita akan membuat anak tumbuh cerdas, sehat serta tidak
mudah terserang penyakit (Budi Sutomo, dkk. 2010).
Kecukupan gizi sangat
penting bagi kesehatan balita, dimana seluruh pertumbuhan dan kesehatan balita
erat kaitannya dengan masukan makanan yang memadai. Pertumbuhan dan
perkembangan yang obtimal pada balita memerlukan makanan yang sesuai dengan
balita yang sedang tumbuh. Masa balita disebut juga masa vital, khususnya
sampai usia dua tahun, karena adanya perubahan yang cepat dan menyolok. Dengan
adanya masa vital ini, maka pemeliharaan gizi sangat penting untuk
diperhatikan. Jika tidak, akan menggagu proses pertumbuhan secara maksimal.
Keberhasilan mencapai status gizi balita yang baik erat kaitannya dengan
kerjasama orangtua yang mempraktekkannya dan mendapat informasi gizi dengan
baik (Anik Maryunani, 2010).
2.1.5.
Pengaruh Status
Gizi Seimbang Bagi Balita
Selain dipengaruhi oleh
factor keturunan juga dipengaruhi oleh factor lingkungan. Gizi/nutrisi
merupakan salah satu factor lingkungan dan merupakan penunjang agar proses
tumbuh kembang tersebut dapat berjalan dengan memuaskan. Hal ini berarti,
pemberian makanan yang berkualitas dan kualitasnya baik menunjang tumbuh
kembang, sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat serta terbebas dari
penyakit (Anik Maryunani, 2010).
Makanan yang diberikan pada
balita akan digunakan untuk pertumbuhan badan, karena itu status gizi dan
pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan gizi bayi dan
balita. Kecukupan makanan dan ASI dapat dipanttau dengan menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat). Daeerah diatas garis merah dibentuk oleh pita warna kuning,
hijau muda, hijau tua, hijau muda dan kuning. Setiap pita mempunyai nilai 5%
perubahan baku. Di atas kurva 100% adalah status gizi lebih. Di atas 80% sampai
dengan batas 100% adalah status gizi normal, yang digambarkan oleh pita warna
hijau muda sampai hijau tua (Anik Maryunani, 2010).
2.2. Posyandu
2.2.1.
Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah
satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan mayarakat dan
mmemberikan kemudahan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar (Depkes, 2012).
Posyandu adalah suatu forum
komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk
masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya
manusia sejak dini teknologi dan pelayanan kesehatan (Effendy Nasrul, 2007).
Posyandu memiliki lima
program utama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, yakni:
a.
Kesehatan ibu
dan anak (KIA)
b.
Keluarga
berencana (KB)
c.
Imunisasi
d.
Pelayanan Gizi
e.
Penanggulangan
Diare (Wahyu Ginanjar, 2008).
Kegiatan posyandu biasanya
dilaksanakan dengan system 5 (lima) meja, yaitu :
1)
Meja I : pendaftaran
2)
Meja II : penimbangan
3)
Meja III : pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
4)
Meja IV : penyuluhan perorangan berdasarkan
KMS
5)
Meja V : Pelayanan KB dan Kesehatan
Meja I-IV biasanya dikelola
oleh perwakilan pihak puskesmas (Wahyu Ginanjar, 2008).
2.2.2.
Tujuan Posyandu
a.
Mempercepat penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) Dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui Pemberdayaan
Masyarakat KHUSUS Meningkatnya Peran lintas sektor dalam penyelenggaraan
Posyandu Meningkatnya cakupan dan jangkauan yankes dasar terutama yang
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB Meningkatnya Peran masyarakat dalam
penyelenggaraan Upaya kesehatan dasar .
b.
Pembentukan, Satu Posyandu
melayani sekitar 100 balita (120 KK) Langkah-langkah pembentukan : Pendekatan
internal Pendekatan eksternal SMD MMD Pembentukan dan pemantauan kegiatan
Posyandu, yaitu: Pemilihan Pengurus dan Kader Orientasi Pengurus dan Pelatihan
Kader Pembentukan dan Peresmian Penyelenggaraan dan Pemantauan Kegiatan
Posyandu
c.
Pembiayaan, Sumber
Biaya Masyarakat, swasta/dunia usaha, hasil usaha dan pemerintah Pemanfaatan
dana, membiayai kegiatan Posyandu Pengelolaan dana, dikelola
oleh pengurus pencatatan dan pelaporan. Pencatatan
Buku register kelahiran dan kematian bayi, ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu
nifas Buku register WUS dan PUS Buku register bayi dan balita Buku register
pelayanan Posyandu khusus balita Buku catatan kegiatan pada hari buka Buku
catatan pertemuan Buku catatan kegiatan usaha Buku pengelolaan keuangan dll
sesuai kebutuhan
d.
Pelaporan Posyandu tidak wajib
melaporkan kegiatannya Tetapi dianjurkan untuk melaporkan secara lisan pada
Puskesmas/sektor terkait untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan Bila
dibutuhkan, Puskesmas atau sektor terkait harus mengambil sendiri data yang
dibutuhkan ke Posyandu
e.
Kegiatan posyandu, kegiatan utama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) keluarga berencana imunisasi gizi penanggulangan diare kegiatan tambahan/pengembangan jika 5 kegiatan utama
telah dilaksanakan dengan baik (grafik SKDN membaik), sumberdaya mendukung,
ditetapkan masyarakat melalui SMD dan MMD, disebut : POSYANDU PLUS
f.
Hari buka sekurang-kurangnya satu
hari dalam sebulan tempat penyenggaraan di lokasi
yang mudah dijangkau, atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya dan
disebut “Wisma Posyandu” penyelenggaraan posyandu jumlah
minimal kader 5 (lima) orang Pelayanan mengacu pada sistem/pola 5 (lima) meja
Meja Kegiatan Pelaksana I Pendaftaran Kader II Penimbangan Kader III Pengisian
KMS Kader IV Penyuluhan Kader V Pelayanan Lintas sektor bersama petugas
kesehatan.
g.
Pembinaan dilaksanakan secara
terpadu melalui Pokja Posyandu di tingkat desa/kelurahan Pembinaan meliputi
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pengurus dan kader Pembinaan
administrasi penyelenggaraan dan keuangan A. Bentuk Pembinaan Rapat koordinasi
berkala Pokja Posyandu Kunjungan bimbingan dan fasilitasi Menghadiri
rapat-rapat yang diselenggarakan masyarakat Penghargaan kepada pengurus dan
kader Posyandu yang berprestasi (Dita,
2012).
2.2.3.
Manfaat Posyandu
a.
Bagi Masyarakat
1)
Memperoleh
kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi
dan anak balita
2)
Pertumbuhan anak
balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk
3)
Bayi dan anak
balita mendapatkan kapsul vitamin A
4)
Bayi memperoleh
imunisasi lengkap
5)
Ibu hamil akan
terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah (Fe) serta
imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
6)
Ibu nifas
memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah (Fe)
7)
Memperoleh
penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan anak
8)
Apabila terdapat
kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil. Ibu nifas dan ibu menyusui dapat
segera diketahui dan dirujuk ke Puskesmas.
9)
Dapat berbagi
pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi, dan anak balita
(Depkes, 2012).
b.
Bagi kader.
1)
Mendapatkan
berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap
2)
Ikut berperan
secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu
3)
Citra diri
meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang
kesehatan
4)
Menjadi panutan
kerena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu (Depkes, 2012).
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Kunjungan
Ibu Balita Untuk Memeriksa Status Gizi Balita di Posyandu Desa Paloh Tok Due
Kecamatan Simpang Tiga
2.3.1.
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar
yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses perubahan perkembangan atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri
individu, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan merupakan hak asasi setiap
manusia dalam proses mempersiapkan dirinya menuju masa depan yang lebih baik.
Pemerintah sebagai pihak yang diberi amanat oleh rakyat untuk mengelola
jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara mempunyai kewajiban untuk memenuhi
hak warga Negara akan pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 189
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan Mempunyai pengertian sebagai
“usaha sadar untuk menyiapkan ppeserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajar dan latihan bagi peranannya di masa yang akan dating” (Surya, 2004).
Tingkat pendidikan berdasarkan
Kemendikbud dibagi 2 (dua) katagori di
kutip dari Syehaceh (2013):
a. Tinggi : Jika responden menamatkan pendidikan
SMA-PT
b. Rendah
: Jika responden menamatkan pendidikan SD-SMP/Sederajat.
2.3.2. Informasi
Sumber informasi adalah keterangan
pemberian kabar berita tentang sesuatu media dan alat (sarana) komunikasi
seperti Koran, majalah, radio, televise, poster, spanduk, internet. Berkaitan
dengan penyediaan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan,
informasi yang diperoleh harus berkualitas (Tugiman, 2005) kualitas informasi
tergantung tiga hal yaitu:
a.
Akurat, bebas dari
kesehatan, tidak biasa atau menyesatkan
b.
Tepat waktu, Informasi yang
disampaikan tidak terlambat.
c.
Relevan,
informasi mempunyai manfaat bagi pemakai
Menurut Notoadmodjo (2007) alat bantu media dibagi dalam
tiga macam, yaitu:
a. Media
Cetak
Yaitu sarana komunikasi untuk menyampaikan
pesan kesehatan dengan variasi seperti: (1)
Booklet. Suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam
bentuk tulisan maupun gambar. (2) Leafer. Bentuk penyampaian informasi melalui
lebaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun dalam
bentuk gambar. (3) Selebaran. (4) Lembar balik (Flip Chart). Bentuk penyampaian pesan atau informasi-informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik di mana tiap lembar berisi gambaran
peragaan dan di baliknya berisi kalimat yang berkaitan dengan gambar tersebut.
(5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang berkaitan
dengan kesehatan. (6) Foster. Bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau
informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat
umum atau di kendaraan umum.
b. Media
Elektronika
Media sarana komunikasi merupakan sarana
komunikasi dengan menggunakan elektronik terdiri dari televisi, radio, video,
dan lain-lain. Untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi
c. Media Papan
Papan yang dipasang di tempat-tempat umum yang
diisi dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan. Informasi adalah keterangan
pemberitahuan kabar berita tentang suatu
media dan alat (sarana) komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televisi,
poster, spanduk, internet. Media komunikasi adalah media yang digunakan pembaca
untuk mendapatkan informasi sesuatu atau hal tentang pengetahuan.
Informasi adalah penerangan,
pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu keseluruhan makna yang menunjang
amanat karena dengan informasi yang adekuat responden akan lebih mudah dalam
mendapatkan pengetahuannya, namun dengan sulitnya informasi yang diterima
membuat responden minim pengetahuannya (Waqid Iqbal M, 2007). Informasi adalah
penerangan, keterangan, pemberitahuan, pemberitahuan kabar atau berita tentang
sesuatu melalui media dan alat sarana komunikasi seperti Koran, majalah, radio,
televise, spanduk dan selebaran (Tugiman, 2006).
Menurut Waqid Iqbal M, (2007)
variabel sumber informasi dikelompokkan dalam 2 katagori, yaitu:
a.
Cukup ≥ mean/median
b.
Kurang < mean/median
Dengan memberikan informasi
tentang kebiasaan hidup sehat cara pencegahan penyakit diharapkan akan terjadi
peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku sehat dalam diri dan individu/kelompok
sasaran yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan
(Notoadmodjo, 2007).
Menurut Dachlia (2000) dalam
Ardiansyah (2012) variabel
keterpaparan informasi diperoleh dengan membuat indeks komposit, yaitu dengan
menjumlahkan nilai (skor) sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan sumber
informasi. Pertanyaan terdiri atas 5 kelompok yang bergradasi, mulai dari
tingkat keterpaparan umum melalui televise samapi spesifik melalui kegiatan
diskusi/mengobrol. Kegiatan diskusi/mengobrol diberi bobot lebih besar karena
untuk dapat berdiskusi orang harus mempunyai minat dan ketertarikan. Oleh
karenanya diberikan secara bergradasi, tingkat keterpaparan umum mempunyai
bobot kecil dari tingkat yang lebih tinggi. Adapun pengelompokan tingkat keterpaparan
secara bergradasi tersebut adalah sebagai berikut:
Pertanyaan
|
Bobot
|
Terpapar melalui televisi
|
1
|
Terpapar melalui radio
|
2
|
Terpapar melalui Koran/majalah
|
3
|
Terpapar melalui media lain, seperti poster, brosur,
billboard, dll
|
4
|
Terpapar melalui diskusi
|
5
|
2.3.3. Pekerjaan
Pekerjaan secara umum
didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia.
Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja
yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentukuang bagi seseorang.
Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi (Wikipedia, 2014).
Macam-macam
pekerjaan:
a. Bekerja:
yaitu sesuatu yang dapat menghasilkan uang dari pekerjaan sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS), TNI/POLRI, wiraswasta atau buruh.
b. Tidak
bekerja: yaitu sesuatu yang tidak dapat menghasilkan uang. (Litbangkes, 2005).
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu
yang Terkait dan Relevan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kunjungan ibu balita ke Posyandu (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas
Keboan, Ngusikan, Jombang.
Oleh :
Jayanti Indah Purnamasari
Hasil penelitian menjelaskan bahwa permasahan yang berhubungan
dengan keaktifan kunjungan ibu balita ke Posyandu harus mendapatkan perhatian
yang lebih dari berbagai pihak yang terkait. Semakin meningkatnya jumlah
kejadian kematian dan kesakitan ibu, bayi dan balita, maka semakin penting
keberadaan posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya ibu serta
bayi/balitanya. Penelitian iini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik ibu balita, pengetahuan, serta aplikasi teori Snehandu B. Karr
dengan keaktifan kunjungan ibu balita keposyandu balita.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik
observasi dengan rancangan cross sectional dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Wawancara dilaksanan pada 90 responden. Subjek diambil dengan
metode simple random sampling. Variabel bebas penelitian adalah pengetahuan
responden, niat, dukungan social (kader kesehatan, TOMA, keluarga, teman
sebaya), otonomi pribadi, kemudahan akses informasi serta situasi dan kondisi.
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa nilai signifikansi dari pengetahuan (p=0,043),
niat (p = 0,256), dukungan kader kesehatan (p = 0,183), dukungan tokoh
masyarakat (p = 0,264), dukungan kelompok sebaya (p = 0,296), dukungan keluarga
(p = 0,084), otonomi pribadi ( p = 0,182), kemudahan akses informasi (p =
0,752) serta kondisi dan situasi (p = 0,250).
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah pengetahuan
berhubungan dengan keaktifan kunjungan ibu balita ke Posyandu. Sedangkan niat,
dukungan social (kader kesehatan, TOMA, keluarga, teman sebaya), otonomi
pribadi, kemudahan akses informasi serta situasi dan kondisi tidak berhubungan
dengan keaktifan kunjungan ibu balita kke Posyandu. Factor yang berpengaruh
terhadap keaktifan kunjungan ibu balita keposyandu balita adalah umur balita,
pendidikan ibu balita, pengetahuan dan dukungan keluarga.
No comments:
Post a Comment